cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 08537291     EISSN : 24067598     DOI : -
Core Subject : Science,
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS) is dedicated to published highest quality of research papers and review on all aspects of marine biology, marine conservation, marine culture, marine geology and oceanography.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan" : 10 Documents clear
Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Simbion Karang Goniastrea aspera Resisten terhadap Logam Berat Copper (Cu) dari P. Panjang, Jepara Agus Sabdono
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.214 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.117-125

Abstract

Studi komunitas mikroba yang berasosiasi dengan karang Goniastrea aspera di P. Panjang, Jepara  dilakukan dengan menggunakan teknik mikrobial molekuler berbasis kultur dependen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, menyeleksi dan mengidentifikasi bakteri simbion karang yang resisten terhadap logam Cu. Pola toleransi terhadap logam Cu  ketujuhbelas isolat dilakukan dengan menggunakan  metode difusi agar. Isolat GN10 diseleksi untuk studi lebih lanjut karena memiliki karakter yang paling resisten terhadap logam Cu yang selanjutnya dikarakterisasi secara fisiologis dan molekuler. Analisis sekuen gen subunit kecil (SSU) rRNA menunjukkan bahwa isolat GN10 memiliki kekerabatan terdekat dengan Virgibacillus marismortui Strain 123 dengan derajat kesamaan 99%. Bakteri V. marismortui strain GN10 ini merupakan kandidat yang dapat digunakan sebagai  indikator uji dan memiliki potensi  di dalam penerapan bioteknologi dari bakteri yang resistan terhadap logam berat pada lingkungan laut yang tercemar maupun tidak tercemar.  Kata kunci: resisten, Copper, Virgibacillus marismortui, MIC  The microbial community associated with coral Goniastrea aspera from Panjang Island, Jepara waters was investigated using culture dependent molecular microbial techniques. The objectives on this study were to isolate, select and identify bacteria associated with coral Goniastrea aspera which resistant to heavy metal Copper (Cu). The tolerance patterns, expressed as MICs, for 17 coral bacteria to Cu heavy metal were surveyed by using an agar diffusion method. The most copper-resistant bacterium, GN10 isolat, was selected further to examine its molecular and physiological characteristics. Small-subunit rRNA gene-based analyses indicated that this bacterium was closely related to Virgibacillus marismortui strain 123, with a high homology of 99%. This bacterium may  serve as bioassay indicator organisms and may be potential for biotechnological applications for metal-resistant bacteria in polluted and non-polluted marine environments. Key  words: resistant, Copper, Virgibacillus marismortui, MIC
Abundance of Tridacna (Family Tridacnidae) at Seribu Islands and Manado Waters, Indonesia Candhika Yusuf; Ambariyanto Ambariyanto; Retno Hartati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.428 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.150-154

Abstract

Kima, yang merupakan salah satu hewan laut dilindungi, sejak lama banyak dieksploitasi di berbagai daerah di Indonesia. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan terjadi penurunan populasi di alam yang berujung pada kepunahan dari berbagai spesies Kima tersebut di alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan Kima di beberapa pulau di Kepulauan Seribu dan perairan di sekitar Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bersifat eksploratif. Sampling dilakukan dengan metode Line Intersept Transect (LIT) menggunakan garis transek sepanjang 100 meter sejajar dengan garis pantai pada kedalaman 5 meter. Pengamatan dilakukan pada tiap 2,5 meter di sebelah kanan dan kiri garis transek. Hasil penelitian, ditemukan total 167 individu Kima di Kepulauan seribu dan 61 individu di perairan Manado.  Nilai kepadatan rata - rata pada lokasi Kep. Seribu adalah T. squamosa 0.026 indv/m2, T. maxima 0,016 indv/m2, T. crocea 0.028 indv/m2 sedangkan pada lokasi Manado adalah T. squamosa 0.021 indv/m2, T. maxima 0.0005 indv/m2, T. crocea 0.0085 indv/m2 dan T. gigas 0.002 indv/ m2. Hasil ini menunjukkan bahwa kepadatan Kima di dua lokasi penelitian masih lebih rendah dari beberapa lokasi di Indonesia dan luar negeri. Berdasarkan ukuran cangkang di dua lokasi penelitian diduga hanya T. crocea saja yang telah mencapai fase hermafroditiknya, sedangkan T. gigas dan sebagian besar T. squamosa serta T. maxima baru mencapai fase kematangan gonad jantan saja. Kebanyakan Kima ditemukan di  karang mati beralga (Dead Coral Algae / DCA) dan tututan karang hidup (coral covered) dibandingkan dengan jenis substrat yang lain. Kata kunci : Kima, tridacna, kelimpahan, Kepulauan Seribu, Manado   Giant clam, as a protected marine species, has been exploited massively in many regions in Indonesia. This has lead to the rapid extinction of the giant clam natural population. The purpose of the research is to obtain the abundance status of giant clam species in several island in Kepulauan Seribu and surroundings waters of Manado. Surveys were done by using the modification of Line Intercept Transect (LIT) methods. A hundred meter length of transect line were drawn, in depth of 5 meter and paralleled to the coast line. The observations were made in 2.5 meter to the left and right of the transect line. The results showed, there were total number of clams found at Seribu Islands and Manado waters were 106 and 61 individual, respectively. The average density in Seribu Islands were T. squamosa: 0.026 indv/m2, T. maxima: 0.016 indv/m2, and T. crocea: 0.028 indv/m2, and in Manado were T. squamosa: 0.021 indv/m2, T. maxima: 0.0005 indv/m2, T. crocea: 0.0085 indv/m2 and T. gigas: 0.002 indv/m2. These results showed that the density of giant clams in both places were  found to be lower than other places in Indonesia and abroad. Based from the shell measurements on both locations, only T. crocea were suspected have reached its hermaphrodite phase, while T. gigas and most of T. squamosa and T. maxima were about to reached male gonad maturity phase. The most dominant substrate for the giant clam were the Dead Coral Algae (DCA) and the coral covered. Key  words: Giant clam, tridacna, abundance, Seribu Islands, Manado
Aplikasi Satelit Aqua MODIS untuk Memprediksi Model Pemetaan Kecerahan Air Laut di Perairan Teluk Lada, Banten M. Salam Tarigan
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.522 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.126-132

Abstract

Wilayah pesisir Teluk Lada sangat padat penduduknya serta ada beberapa sungai yang bermuara ke perairan teluk ini, langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kacerahan air laut di perairan tersebut. Analisis Citra Aqua MODIS untuk memprediksi model pemetaan  kecerahan air laut di perairan Teluk Lada, Banten telah dilakukan pengamatan kecerahan air laut (insitu) pada 20 stasiun tanggal  22 Agustus 2004 bersamaan dengan lewatnya satelit di lokasi penelitian. Untuk pengembangan model empiris pemetaan kecerahan air laut, dilakukan analisis statistik antara data kecerahan air laut dengan  nilai digital (ND) citra satelit Aqua MODIS pada band yang digunakan.  Dengan menggunakan  persamaan regresi linier formula Y= -159.73 x + 57.845 di peroleh koefisien determinasi R2= 0.6484 (koefisien korelasi r= 0.8052) dan persamaan tersebut cukup akurat digunakan untuk pemetaan sebaran kecerahan air laut perairan Teluk Lada. Kata kunci: Prediksi, kecerahan air laut, Aqua MODIS, Teluk Lada  Coastal area of Lada Bay is densely populated with several rivers empties in to this bay waters, direct or indirect will be the influence of transparency of the waters. Analysis of Aqua MODIS image for estimated mapping algoritm transparency Lada Bay waters were carried out in   August 22, 2004 at the 20 station with Aqua MODIS Aquisisi. For the development of model mapping sea water transparency,  by statistical analysis between transparency data (insitu) with digital value of Aqua MODIS satellite image at used band. By using equation of linear regression that is Y= - 159.73 x + 57.845 obtaining its determination coefficient R2= 0.6484 (correlation coefficient r= 0.8052) and it can be used for mapping the distribution of sea water transparency at Lada Bay waters. Key  words: Estimated, transparency, MODIS Aqua, Lada Bay.
Pestisida Organoklorin pada Aqifer Dangkal di Wilayah Pesisir Kota Semarang Chrisna Adhi Suryono; Baskoro Rochaddi
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.377 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.155-159

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menganalisis kondisi fisika-kimiawi dan tingkat kontaminasi pestisida organoklorin dalam aqifer dangkal di wilayah pesisir Kota Semarang.  Sampel airtanah diambil di 10 lokasi di pesisir Semarang, yang mewakili daerah industri, pertanian dan pemukiman.  Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter fisika-kimiawi airtanah (pH, suhu, salinitas) mempunyai variasi yang rendah.  Ke 10 sampel yang diamati menunjukan warna, rasa dan bau dalam air sampel.  Hasil rata-rata kandungan heptaclor adalah 0.023-0.055 µg L-1 dan enfrin adalah tidak terdeteksi sampai 0.648 µg L-1.  Hasil perbandingan kandungan pestsida organochlorine dalam aqifer dangkal di pesisir Semarang dengan WHO dan IWQS menunjukan bahwa air pada aqifer di Semarang termasuk terkontaminasi pestisida organochlorine dan membuktikan telah ditemukannya pestisida organochlorine pada aqifer dangkal di wilayah pesisir Kota Semarang.Kata kunci: aqifer dangkal, organochlorin pestisida, wilayah pesisir  The present study was conducted to assess psycho-chemical parameters and the level of organochlorine pesticides contamination in shallow aquifer of Semarang city coastal areas.  Ten samples of groundwater were collected in different sites of Semarang coastal i.e. industrial, agriculture and settlement areas. The results indicated that low variation existed among some physico-chemical parameter (pH, temperature, salinity). In the colors, taste and odor of 10 water sample were also investigated.  Mean values found in positive samples were heptachlor, ranging from 0.023 to 0.055 µg L-1, whereas endrin, ranging from undetected to 0.648 µg L-1. Compare to World Health Organization (WHO) limits and Indonesian Drinking and Domestic Water Quality Standard for Ground Water (IWQS) showed that this study proved the presence of organochlorine pesticides contamination of some shallow aquifer supplies in the coastal areas of Semarang city. Key  words : shallow aquifer, organochlorine pesticides, coastal area
Aplikasi Ekstrak Rumput Laut Sebagai Agen Imunostimulan Sistem Pertahanan Non Spesifik Pada Udang (Litopennaeus vannamei) Ali Ridlo; Rini Pramesti
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.171 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.133-137

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekstrak dari rumput laut Dictyota sp., Gracilaria sp., Padina sp., dan Sargassum sp. sebagai imunostimulan sistem pertahanan tubuh non spesifik udang L. vannamei. Rumput laut diekstraksi dengan cara direbus dalam air mendidih selama 2 jam. Suplementasi ekstrak pada pakan udang buatan diberikan dengan dosis 10 g/kg pakan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah hemosit dan aktivitas fagositosis udang L. vannamei akibat pemberian ekstrak rumput laut dibandingkan kontrol. Peningkatan tersebut terlihat pada  jumlah hemosit udang L. vannamei  yang diberi ekstrak Gracilaria sp. pada hari ke-8 , Dictyota  sp. dan Sargassum sp pada hari ke 12,  sedangkan  peningkatan aktifitas fagositosis terjadi pada perlakuan dengan ekstrak Dictyota sp., Gracilaria sp. dan Sargassum sp. pada hari ke-8. Pemberian ekstrak Sargassum sp memberikan hasil terbaik yaitu untuk jumlah hemosit 1,127±0,260 pada hari ke-12 dan aktifitas fagositosis 214,061±15,955 pada hari ke- 8. Kata kunci : Imunostimulan, rumput laut, L. vannamei Study on application of seaweed Dictyota sp., Gracilaria sp., Padina sp. and Sargassum sp. extract as imunostimulant agent for non-specific defense system of white shrimp (L. vannamei) was conducted. Air - dried seaweed was extracted by boiling in water for 2 hours then fortified into shrimp feed pellet with concentration of 10g/kg pellet. Haematological parameters of Total Haemocyte Count (THC) and Phagocytosist Activity (PA) was then tested at 4, 8, 12 days period after initial treatment. The result showed that fortification of seaweed extract was increased the number of haemocyte was clearly shown at day 8 of Gracilaria sp. extract treatment and day 12 of Dictyota sp. and Sargassum sp. treatment. Meanwhile phagocytosist activity was clearly increased at day 8 of Dictyota sp., Gracilaria sp. and Sargassum sp treatment.  Extract  of Sargassum sp. gave  the most significant effect with total haemocyte of 1,127 ± 0,260 at day 12th and phagocytosist activity of 214,061± 15,955 at day 8th. Key words : Immunostimulant, seaweed, L. vannamei
Tingkah Laku Akustik (Acoustic behaviour) Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Aristi Dian Purnama Fitri; Asriyanto Asriyanto; Heri Sutanto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.822 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.160-163

Abstract

Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) memproduksi suara selama melakukan berbagai aktivitas termasuk pada saat makan. Penelitian lebih mendalam untuk mengetahui apakah E. fuscoguttatus dapat merespons frekuensi suara disekelilingnya, belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik frekuensi suara E. fuscoguttatus dan mengetahui pola tingkah lakunya ketika mendeteksi sumber suara. Metode penelitian adalah eksperimental laboratories, dengan tahapan penelitian adalah mengetahui frekuensi dan intensitas suara E. fuscoguttatus saat makan, serta mengetahui pola tingkah laku E. fuscoguttatus saat adanya sumber suara. Acoustic behaviour  yang dihasilkan E. fuscoguttatus ketika makan adalah berkisar 16-32 Hz (58,9 dB) pada ratarata panjang total tubuh 100 mm dan berkisar 16-128 Hz (55,8 dB) dengan rata-rata panjang total tubuh 250 mm. Tidak adanya gelembung renang dan garis gurat sisi yang tidak terlihat jelas, menyebabkan E. fuscoguttatus tidak merespons sumber suara yang diberikan (sebagai atraktor) skala laboratorium. Kata kunci : Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), Acoustic behaviour    Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) produced sound when conducting some activities including feeding. The objective of research was to determine the sound frequency characteristic of E. fuscoguttatus and to investigate known the behavior pattern when the fish detects source of sound. The method of research was experiment laboratories, with research step was known frequency and intensity of sound E. fuscoguttatus when feeding activity, and known behavior pattern E. fuscoguttatus when detecting of source of sound.  Acoustic behaviour  E. fuscoguttatus when feeding was range from 16-32 Hz (58.9 dB) at average on 100 mm TL and range from  16-128 Hz (55.8 dB) with average on 250 mm. E. fuscoguttatus didn’t had swim bladder and linea lateralis not distinct, caused E. fuscoguttatus didn’t response with  source sound (as attractor) in a  laboratory scale. Key words : Epinephelus fuscoguttatus, Acoustic behavior
Bioaktivitas Ekstrak dan Serbuk Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii pada Vibrio alginolyticus dan Vibrio harveyii Ita Riniatsih; Wilis Ari Setyati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.41 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.138-141

Abstract

Vibriosis merupakan penyakit bakterial yang menyerang udang antara lain disebabkan oleh Vibrio alginolyticus dan Vibrio harveyii.  Salah satu upaya perlindungan udang terhadap infeksi vibriosis adalah melalui reduksi jumlah bakteri vibrio di media budidaya dan saluran pencernaan udang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan justifikasi pemanfaatan ekstrak dan serbuk simplisia lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii sebagai agensia pengendali bakteri vibrio. Beberapa penelitian membuktikan  bahwa lamun mempunyai aktivitas antibakteri. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian  jenis lamun lain dan terhadap strain strain bakteri vibrio pathogenik pada udang. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Sampel E. acoroides dan T. hemprichii diekstraksi dengan air panas. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara  in vitro menggunakan  agar disc diffusion method. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak dan serbuk simplisia E. acoroides tidak menunjukan bioaktivitas terhadap V. alginolyticus dan V. harveyii. Ekstrak T. hemprichii menunjukan bioaktivitas terhadap V. alginolyticus dan V. harveyii. Sedangkan serbuk simplisia T. hemprichii menunjukan aktivitas antibakteri terhadap V. alginolyticus dan V. harveyii setelah 48 jam inkubasi Kata kunci : antibakteri, ektrak panas, serbuk, lamun, vibriosis Vibriosis is  a bacterial diseases in prawn which caused by  Vibrio including Vibrio alginolyticus and Vibrio harveyii. An effort to protect the prawn of vibrio infection is by  reducing the number of vibrio bacteria either in the culture media and/or in the gastrointestinal system of the cultured species. The research aimed to find justification for the use of seagrasess Enhalus acoroides and Thalassis hemprichii as vibrio bacteria control agensia. The research was conducted by experimental method. The initial phase of the study was testing the antibacterial activity in vitro using agar disc diffusion method. The result shows that neither extract nor simplicia of E. acoroides have an effect against the growth of V. alginolyticus and V. Extract of however, significantly shows bioactivity respond against those bacteria and its simplicia powder also showing a similar effect but after 48 hours of incubation. Key words : antibacterial, hot water extract, powder, seagrass, vibriosis
Aplikasi Perbedaan Komposisi N, P dan K pada Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Teluk Awur, Jepara Edi Wibowo Kushartono; Suryono Suryono; Endah Setiyaningrum
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.992 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.164-169

Abstract

Rumput laut (Eucheuma cottonii) merupakan salah satu hasil laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan dalam berbagai bentuk sehingga diperlukan adanya usaha peningkatan produksinya. Studi aplikasi pupuk N, P dan K dengan konsentrasi yang berbeda telah dilakukan pada usaha budidaya rumput laut tersebut melalui eksperimental lapangan, dengan Rancangan Acak Lengkap. Bibit E.cottonii direndam dalam pupuk selama 15 menit sebelum ditanam dengan sistim rakit. Terdapat lima kombinasi komposisi N, P, dan K yaitu 10:55:10; 15:15:15; 46:0:0; 60:20:10; dan  Kontrol (tanpa direndam dalam pupuk). Bobot awal bibit rumput laut adalah 80 gram dan pengamatan pertumbuhan berat mingguan dilakukan selama 5 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rerata bobot total dan laju pertumbuhan tertinggi dicapai pada perlakuan perbandingan N,P dan K 60:20:10 yaitu 543,33 gram dan 5,47 % dan yang terendah adalah 326,67 gram dan 4,02 % yang dicapai perlakuan perbandingan N,P dan K  sebesar 10:55:10 Kata kunci : Euchema cottonii, N, P, K, pertumbuhan  Eucheuma cottonii, seaweed, is one of marine products with high economic value which can be seen from increasing market demand. The study of using different commercial fertilizer in seaweed aquaculture is one of possible effort to increase seaweed production. The method used in this research was experimental applying randomized complete design. All samples are deeped for 15 minutes in different composition of NPK fertilizers before cultivated in floating raft method. The treatments are NPK ratio of 10:55:10; 15:15:15; 46:0:0; 60:20:10 and without fertilizer as control. Seaweed mass for cultivation was 80 grams observe at every week during five week. The observation result show that the highest average of total biomass reached and Survival growth rate at NPK ratio treatment 60:20:10 is 543.33 grams and 5,47 % ,and the lowest is 326.67 grams 4,02 % reached by N, P, and K ratio treatment was 10:55:10 Key  words : Euchema cottonii, N, P, K, growth
Uji Pemanfaatan Rumput Laut Halimeda sp. Sebagai Sumber Makanan Fungsional untuk Memodulasi Sistem Pertahanan Non Spesifik pada Udang Putih (Litopenaeus vannamei) Subagiyo Subagiyo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.192 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.142-149

Abstract

Makanan fungsional bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui target fungsional tertentu didalam proses fisiologi dan metabolisme tubuh, diantaranya adalah melalui proses immunomodulasi. Pada penelitian ini dilakukan percobaan aplikasi ekstrak dan serbuk simplisia rumput laut Halimeda sebagai makanan fungsional untuk memodulasi sistem pertahanan non spesifik pada udang vannamei. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratoris menggunakan rancangan acak lengkap. Halimeda ditambahkan dalam pakan sebanyak 1%. Pakan diberikan sebanyak 5% berat badan per hari yang diberikan dalam tiga kali (pagi, sore dan malam). Parameter sistem pertahanan non spesifik udang diamati melalui penghitungan jumlah total hemosit dan aktivitas fagositosis hemosit. Selama penelitian juga dilakukan pengukuran kualitas air (salinitas, pH dan suhu) secara harian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak Halimeda memberikan pengaruh dengan meningkatkan jumlah total hemosit 22,43% (hari ke-8) dan 96,24% (hari ke-12). Tetapi pemberian serbuk simplisia memberikan pengaruh lebih baik dengan meningkatkan jumlah total hemosit sebesar 76,18% (hari ke-8) dan 170,11 % (hari ke12). Hasil pengamatan aktivitas fagositosis menunjukan bahwa pemberian ekstrak dan serbuk simplisia Halimeda memberikan pengaruh meningkatkan aktivitas fagositosis pada pengamatan hari ke-12 yaitu berturut turut sebesar 35,75% dan 48,38% sehingga dapat disimpulkan bahwa Halimena mampu memodulasi sistem pertahanan non spesifik pada L. vannamei. Kata kunci : Halimeda, makanan fungsional, sistem pertahanan non spesifik, L. vannamei Functional foods should benefically affect one or more target functions in the body, among others is through immunomodulation process. This research was conducted to determine the effect of hot-water extract and powder simplicia of Halimeda sp. as functional foods to modulate non-specific defense system in vannamei shrimp. Research was carried out by laboratory experimental methods using a complete randomized design. Halimeda was incoorporated in the feed at concentrations of 1%. The feed was given as much as 5% of body weight per day given in three times (morning, afternoon and evening). Parameters of non-specific defense system of shrimp were observed by counting the total number of hemosit and hemosit phagocytosis activity. During the study also measured water quality (salinity, pH and temperature) daily. The results showed that administration of Halimeda extract increased total hemocyte count of 22.43% (at day 8) and 96.24% (at day 12). While administration of powder simplicia increased total hemocyt count  of 76.18% (at day 8) and 170,11% (at day 12). Phagocytosis activity parameter indicate that administration of extracts and powders simplicia Halimeda increased phagocytosis activity on the observation of 12 days consecutive for 35.75% and 48.38% and could be concluded that Halimeda sp. was able to enhance non-specific defence of  L. vannamei Key words : Halimeda, functional food,  non-spesific defence system, L. vannamei
Kandungan Logam Berat Hg dan Cd dalam Air, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granossa) dengan Menggunakan Metode Analisis Pengaktifan Neutron (APN) Sri Yulina Wulandari; Bambang Yulianto; Gunawan Widi Santosa; Ken Suwartimah
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.103 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.3.170-175

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan dan tingkat pencemaran logam berat Hg dan Cd dalam air, sedimen dan kerang darah (Anadara granossa) di perairan Morodemak, Banjir Kanal Timur dan Mangkang Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2004-Januari 2005 dengan metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Pengaktifan Neutron (APN). Hasil penelitian kandungan logam berat Hg dan Cd pada ketiga lokasi menunjukkan pola akumulasi yang cenderung sama di stasiun muara dan laut, baik pengamatan dalam sedimen maupun air. Kandungan logam berat Hg dan Cd pada kerang Anadara granosa menunjukkan nilai yang bervariasi, namun cenderung dipengaruhi sedimen dan air pada dua media tersebut, terkait dengan sifatnya yang filter feeder dan sessil. Meskipun demikian variasi faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, kecepatan arus dan jenis sedimen juga memberikan kontribusi yang cukup penting. Kandungan logam berat Hg dan Cd dalam kolom air di Morodemak, Banjir Kanal Timur dan Mangkang telah melampaui batas yang diperbolehkan, demikian pula kandungan berat Hg pada kerang darah  sudah melampaui baku mutu yang ditetapkan. Kata kunci : Hg, Cd, Air, Sedimen, Anadara granossa,metode APN  The aims of the research is to analyze the heavy metals concentrations and the pollution level of Hg and Cd in water, sediment and blood mussels (Anadara granossa) at Morodemak, Banjir Kanal Timur and Mangkang Rivers. This research was conducted from August 2004 to January 2005 using The Neutron Activation Analysis Method. The results showed that the heavy metals concentrations of Hg and Cd  in water and sediment tend to show similar accumulation patern both on estuary and the sea. While the heavy metals concentrations of Hg and Cd in blood mussels (Anadara granossa) show a variated value, which was influenced by the environmental conditions, due to the their behaviour as filter feeder and sesille. The environmental factors such as temperature, salinity, pH, current dan sediment type also play an important role and contributed significantly to the heavy metals accumulation. The concentrations of Hg and Cd in water at the  Morodemak, Banjir Kanal Timur dan Mangkang was higher than standard quality, so does  the Hg concentration in blood mussels. Key words : Hg, Cd, water, sediment, Anadara granossa, NAA method.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 28, No 3 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 2 (2023): Ilmu Kelautan Vol 28, No 1 (2023): Ilmu Kelautan Vol 27, No 4 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 3 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 2 (2022): Ilmu Kelautan Vol 27, No 1 (2022): Ilmu Kelautan Vol 26, No 4 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 3 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 2 (2021): Ilmu Kelautan Vol 26, No 1 (2021): Ilmu Kelautan Vol 25, No 4 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 3 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 2 (2020): Ilmu Kelautan Vol 25, No 1 (2020): Ilmu Kelautan Vol 24, No 4 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 3 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 2 (2019): Ilmu Kelautan Vol 24, No 1 (2019): Ilmu Kelautan Vol 23, No 4 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 3 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 2 (2018): Ilmu Kelautan Vol 23, No 1 (2018): Ilmu Kelautan Vol 22, No 4 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 3 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 2 (2017): Ilmu Kelautan Vol 22, No 1 (2017): Ilmu Kelautan Vol 21, No 4 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 3 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 2 (2016): Ilmu Kelautan Vol 21, No 1 (2016): Ilmu Kelautan Vol 20, No 4 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 3 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 2 (2015): Ilmu Kelautan Vol 20, No 1 (2015): Ilmu Kelautan Vol 19, No 4 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 3 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 2 (2014): Ilmu Kelautan Vol 19, No 1 (2014): Ilmu Kelautan Vol 18, No 4 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 3 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 2 (2013): Ilmu Kelautan Vol 18, No 1 (2013): Ilmu Kelautan Vol 17, No 4 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 3 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 2 (2012): Ilmu Kelautan Vol 17, No 1 (2012): Ilmu Kelautan Vol 16, No 4 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 3 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 2 (2011): Ilmu Kelautan Vol 16, No 1 (2011): Ilmu Kelautan Vol 15, No 4 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 3 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 2 (2010): Ilmu Kelautan Vol 15, No 1 (2010): Ilmu Kelautan Vol 14, No 4 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 3 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 2 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 14, No 1 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 4 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 3 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 2 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 13, No 1 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 4 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 3 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 2 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 12, No 1 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 4 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 3 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 2 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 11, No 1 (2006): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 4 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 3 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 2 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 10, No 1 (2005): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 4 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 3 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 2 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 9, No 1 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 3 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 2 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 7, No 1 (2002): Jurnal Ilmu Kelautan Vol 6, No 4 (2001): Jurnal Ilmu Kelautan More Issue